Entah setan apa yang merasuki jiwa saya akhir2 ini. Sekitar 2 bulan yang lalu saya punya hobi baru. Hobi yang benar2 tidak cocok bagi pemalas seperti saya. Hobi yang mungkin hanya dimiliki ilmuwan, orator, atau penulis buku hebat. Hobi baru saya ini adalah membaca buku. Bila ada waktu senggang saya selalu sempatkan untuk pergi ke toko buku. Hanya dengan melihat2 buku yang tersedia, saya bisa menghabiskan waktu berjam2 di toko buku tersebut. Melihat gambar cover buku, membaca keterangan yang terdapat di bagian cover belakang buku, dan membaca sekilas isi buku yang bungkus plastiknya sengaja dibuka oleh pihak toko memberikan kepuasan batin bagi saya. Sumpah, hanya dengan melakukan hal tersebut saya bisa di toko buku seharian.
Genre yang paling saya sukai adalah sejarah dan biography orang2 hebat. Menurut saya (dan seperti kebanyakan orang) sejarah jauh lebih mengasyikan untuk dibaca dibandingkan cerita fiksi apapun. Cerita yang tersaji dalam buku sejarah menjadi dasar terbentuknya dunia yang kita lihat dan nikmati saat ini. sedangkan buku2 biography orang hebat memberi inspirasi dan motivasi yang menurut saya lebih hebat ketimbang buku yang secara terang2an bertujuan untuk memotivasi para pembacanya. Jika orang2 ditanya "siapakah penulis buku favoritmu?" kebanyakan orang mungkin akan menjawab JK Rowling, Stephanie Meyer, JRR Tolkien atau mungkin Andrea Hirata. Jika saya ditanya dengan pertanyaan seperti itu saya akan menjawab John Man si penulis buku Genghis Khan.
Setelah saya menemukan cara bersenang2 yang baru ini, terkadang saya sering berpikir mengapa minat baca orang2 di Indonesia itu rendah sekali. Kemudian saya mulai memperhatikan keadaan dua toko yang berada di Jalan Supratman Bandung. Pada dasarnya toko buku manapun menjual buku yang sama, hanya saja ada toko buku yang lebih banyak menjual buku pelajaran sekolah dan teks book. Kebetulan, di Jalan Supratman ini toko buku yang menjual buku pelajaran sekolah dan teks book lebih ramai dikunjungi. Kemudian saya perhatikan toko buku yang ramai dikunjungi ini ternyata diisi oleh orangtua murid yang membeli buku pelajaran yang diwajibkan oleh sekolah anaknya. Atau segerombol mahasiswa yang mendapat anjuran atau lebih tepatnya paksaan dari dosen2nya untuk membeli teks book yang pada akhirnya buku yang dibeli mahasiswa tersebut hanya dibaca sedikit saja atau malah tidak pernah dibuka seumur hidup oleh mahasiswa tersebut. Dalam pandangan saya toko buku yang ramai diisi oleh orang yang terpaksa beli buku. Sedangkan toko buku yang satunya, yang pengunjungnya sepi diisi oleh orang yang benar2 menikmati membaca buku. Tapi ya sudahlah, toh dengan sepinya toko buku saya jadi lebih nyaman mengunjungi toko buku tersebut. Tanpa khawatir berdesak2an dengan pengunjung lain atau takut kehabisan stok buku hahaha...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusprocrastinator, gamer, dan mahasiswa lama ? sama nih kayaknya. Follow balik dong kk. skalian ajarin nulis (tulisannya bagus2) hehe. Thanks bro (or sis) (or maybe both?)
BalasHapus